PERTANIAN ADALAH SOAL HIDUP DAN MATI

Minggu, 21 Oktober 20120 komentar

Bebagai produk dan bentuk olahan makanan yang kita makan sehari-hari, sebutkan yang tidak berasal dari produk pertanian. Penulis berani menjamin, 98% produk olahan yang kita makan bersumber dari produk pertanian. Lantas masih kurang-kah bukti bahwa pertanian sangat berpengaruh terhadap masa depan bangsa?.

Peluang Indonesia lebih maju sangat besar jika dibandingkan dengan negara lain. Lebih-lebih dari segi sumber daya alam termasuk sektor pertanian. Sebagai negara yang dilalui garis khatulistiwa, dilalui jajaran gunung vulkanik dan wilayah lautan yang luas serta hamparan hijau nan indah, Indonesia menjadi negara yang kaya akan sumber energi, bertanah subur dan sangat berpotensi untuk dikembangkan dari segi sumber daya alamnya. Indonesia didaulat sebagai negara dengan biodiversitas tertinggi setelah Brazil. Bahkan, Laporan terbaru Bank Dunia bertajuk “Global Development Horizons 2011 Multipolarity: The New Global Economy,” menempatkan Indonesia, Brasil, China, India, Korea Selatan, dan Rusia sebagai penopang pertumbuhan ekonomi dunia hingga tahun 2025 mendatang. 

Sebagai negara dengan sumber daya melimpah, mustahil Indonesia tidak dapat maju dengan pertanian. Setidaknya, pemuda di Indonesia memiliki jiwa optimis bahwa dengan pertanian, mampu membawa Indonesia menjadi negara yang survive di tengah krisis global. Janganlah menjadi manusia yang terus menerus melihat masa lalu serta bisanya hanya mencerca negeri sendiri bahkan malu menjadi orang Indonesia. Janganlah malu mengakui Indonesia sebagai negeri agraris, karena pertanian saat ini sangat berbeda dengan pertanian di masa lalu. Bahkan pertanian saat ini sangat berpotensi dijadikan wahana pendidikan dan ekowisata yang diminati, contohnya taman Bunga Mekarsari dan Agroland.

“Pertanian adalah soal HIDUP atau MATI” (pidato bung Karno dalam peletakan batu pertama IPB Baranang Siang)

Berbicara tentang pertanian, masih banyak orang yang salah kaprah mengenai arti pertanian itu sendiri. Sebagian besar orang beranggapan bahwa pertanian adalah soal lumpur, sawah, ladang, cangkul dan modal dengkul. Padahal, dalam arti luas pertanian adalah segala usaha manusia untuk memanen energi matahari menjadi karbohidrat dan serat untuk kesejahteraan hidup manusia. Karbohidrat sebagian besar dimanfaatkan untuk makanan dan kosmetik. Serat misalnya kapas untuk cotton (pakaian), kayu untuk plafon rumah, kursi, dan furniture lainnya.

Indonesia adalah negara agraris dan maritim. Lahan produktif yang cukup luas, tanah Indonesia subur karena berada di sekitar gunung vulkanik, Indonesia mendapat penyinaran matahari sepanjang tahun, ketinggian dan geografi Indonesia sangat variatif sehingga berbagai jenis tanaman dapat dengan mudah beradaptasi dan cocok hidup dengan lingkungan Indonesia. Sawah, ladang, lautan membentang dari Sabang sampai Merauke. Sudah pantas kalau dulu penjajah menjadikan indonesia sebagai jajahan favoritnya.

Beberapa upaya pembangunan pertanian di masa lalu adalah revolusi hijau. Dengan berbagai kekurangan dan kelebihannya, setidaknya revolusi hijau telah mampu mengantarkan Indonesia berswasembada pangan selama 5 tahun. Dan kurang dari satu dekade ini muncul istilah revolusi biru. Pelaksanaan revolusi biru sendiri bertujuan untuk melengkapi kebutuhan protein yang berfokus pada peningkatan produksi hasil laut. Hal ini dikarenakan Indonesia juga merupakan negara maritim, menguasai laut yang sangat luas dan mengandung jutaan ikan yang tidak ada habisnya dan menyimpan energi yang sangat besar. Pelaksanaan revolusi hijau dan biru secara seimbang dan kontinu akan memberikan dampak signifikan pada perkembangan pertanian indonesia. Tercapainya swasembada karbohidrat dan protein, meningkatkan kesejahteraan petani dan nelayan, pembangunan berkesinambungan antar sektor serta memperkuat kemandirian pangan setiap daerah berdasarkan sumber daya (kearifan) lokalnya.

Pertanian tidak akan berkembang jika tetap menggunakan cara (metode) lama. Pertanian memerlukan inovasi dan teknologi. Dalam hal ini terdapat dua kunci utama pembangunan pertanian, yaitu Agribisnis dan Agroindustri. Agroindustri bergerak di bidang pengolahan hasil pertanian atau lebih tepatnya bertujuan meningkatkan nilai tambah hasil pertanian dengan penerapan teknologi tepat guna. Sedangkan Agribisnis adalah manajemen bisnis dan pemasaran produk hasil pertanian di masyarakat serta segala sesuatu yang berkaitan dengan bisnis di bidang pertanian. Dua hal tersebut pada dasarnya menerapkan ilmu-ilmu yang sudah ada, namun dikaji ulang dan mendapat banyak tambahan serta memfokuskan diri pada peningkatan kualitas dan integritas bangsa Agraris seperti Indonesia. Faktanya salah satu pendapatan negara yang terbesar adalah berasal dari pertanian (ekspor). 

Sebagai sektor primer dalam perekonomian bangsa. Pertanian sangat rentan terhadap pengaruh musim dan penyakit. Di awal tahun, pertanian adalah sektor penyumbang devisa negara terbesar, namun dimulai dari triwulan ketiga, pertanian mulai meredup dan siklusnya akan berulang (cerah) kembali di tahun berikutnya. Maka disinilah peran teknologi pembenihan dan pasca panen sangat bermanfaat serta diperlukan. Teknologi pembenihan dapat menciptakan bibit yang tahan cuaca, berproduksi tinggi, tahan penyakit, cepat panen dan memiliki harga ekspor tinggi. 

Agroindustri sebagai jawaban akan teknologi tersebut. Sebab agroindustri bergerak langsung dengan teknologi pengawetan, penyimpanan, pengemasan dan transportasi hasil pertanian.Satu sektor yang tetap bertahan dalam krisis moneter 1997 adalah agroindustri. Terbukti dengan bertahannya nilai ekspor dan hasil olahannya, beberapa petani kakao, vanili dan minyak sawit mendapatkan harga ekspor yang layak, serta makin semaraknya transaksi perdagangan hasil pertanian. Maka sudah tepat bila visi Dr.Ir. Suswono MMA (menteri pertanian 2012) adalah membangun Indonesia dengan pertanian industrial unggul berkelanjutan berbasis sumberdaya lokal untuk meningkatkan nilai tambah, berdaya saing ekspor dan kesejahteraan petani.

Agribisnis adalah sektor yang menitikberatkan perhatiannya pada bisnis pertanian sektor hulu maupun hilir, harga pasar produk pertanian dan cara pemasaran produk pertanian agar didapatkan profit yang optimal. Agribisnis merupakan salah satu sektor yang banyak menghasilkan teknopreneur muda. Laju pertumbuhan pengusaha di bidang pertanian memang lebih tinggi dibandingkan sektor lainnya karena mudah mencari idenya, cepat dan banyak ragamnya. Sektor bisnis pertanian adalah sektor yang mampu bertahan di tengah krisis 1997. Hal tersebut dapat dijadikan motivasi sukses. Bahwa bukannya tidak mungkin kalau dulu saja di tahun 1997 sektor pertanian bertahan di tengah krisis, apalagi sekarang? bantuan teknologi modern telah menyentuh sektor pertanian. Sangat tipis kemungkinan bahwa pertanian tidak mampu bertahan di tengah gerusan krisis global. 

Sektor pertanian memerlukan perbaikan atau tambahan di investasi. Sebab dengan naiknya investasi diharapkan mampu memperbesar output yang dihasilkan serta dapat memperbesar input demand. Semakin besarnya input demand akan memperbesar income serta kesempatan kerja atau dengan kata lain akan mendorong tumbuhnya perekonomian Indonesia. Dan menurut teori ekonomi “Paradoks of trift” semakin banyak pengeluaran suatu negara maka jumlah pengangguran akan berkurang. Maksud dari pengeluaran ini adalah dialokasikan untuk menambah peralatan produksi atau teknologi tepat guna. Sebab dengan hadirnya sebuah teknologi, maka akan menggeser kurva production possibility boundary ke kanan yang berarti efisiensi produksi dengan hasil yang lebih berlimbah dan keuntungan optimum.

Pada dasarnya, tujuan akhir dari optimalisasi pertanian berbasis Agroindustri dan Agribisnis adalah 
  1. mempertahankan bahkan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang bertahan di level 6,5% di tahun 2011. 
  2. dapat menurunkan harga beras sebagai kebutuhan in-elastis agar tanggungan biaya hidup masyarakat menengah ke bawah terasa lebih ringan. 
  3. Indonesia mampu berswasembada pangan baik karbohidrat maupun protein sehingga mampu berperan sebagai produsen atau pemasok kebutuhan negara sekitar bahkan mampu memegang kendali pasar. 
  4. diharapkan mampu menaikkan nilai tambah dan standarisasi mutu hasil pertanian indonesia dalam menghadapi pasar ekspor dan impor dunia. 
  5. Indonesia tidak lagi mengekspor bahan industri mentah untuk diolah di luar negeri melainkan diolah di dalam negeri agar profit yang dihasilkan dapat maksimal. 
  6. Semampu mungkin teknologi pertanian Indonesia mampu bersaing dengan Thailand di pasar Asia Tenggara. 
  7. Indonesia dapat meminimalisir intensitas produk impor yang masuk ke dalam negeri, kecuali produk benar-benar tidak tersedia di Indonesia. 
  8. sebagai sektor yang membutuhkan banyak sumber daya manusia maka diharapkan mampu menyerap banyak tenaga kerja semaksimal mungkin. 
Dengan demikian, masyarakat Indonesia khususnya pemuda tidak perlu malu jika harus mengakui negaranya sebagai Agriculture Country. Sebab pertanian adalah pemasok utama kebutuhan makanan yang kita konsumsi setiap hari. Apa jadinya negeri ini bila setiap pemudanya acuh tak acuh pada pertanian?. Siapa lagi yang akan memproduksi makanan untuk dikonsumsi setiap hari? Apakah kita harus selalu menggantungkan diri pada negara lain? (sumber. justmuhay)
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. SMILe NEWSPAPER - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger