Rumah juga akan bernilai ibadah, bila ornamen-ornamen yang menghiasi sudut-sudut ruangnya tidak melambangkan kemaksiatan atau kesombongan pemiliknya. Atau melambangkan simbol-simbol yang dilarang Islam, baik berupa lukisan, patung, foto atau hiasan lainnya. Misalnya memajang foto-foto, kalender, atau poster-poster tokoh-tokoh artis Barat/lokal bergaya sensual. Atau gambar-gambar cabul lainnya (na’udzu billah min dzalik).
Sebaliknya kita hiasi ruangan tamu kita dengan cuplikan ayat Al Qur’an atau hadits yang isinya mengajak orang untuk bersegera menegakkan sholat, bersegera melakukan kebaikan, atau mengingatkan orang pada kematian. Pesan mengingat akhirat itu bisa juga kita sampaikan lewat kaset tilawah Al Qur’an atau senandung nasyid-nasyid Islami. Begitupun sekat-sekat ruangannya, sebisa mungkin ditata sedemikian rupa sehingga tidak membuat siapapun yang bertandang, bisa leluasa melihat kehidupan privasi para penghuni rumah.
Hal lain yang patut dicatat adalah, akan lebih baik jika si pemilik rumah tidak menyediakan asbak rokok, seraya memasang peringatan dalam ruangan tamunya sebuah maklumat bertuliskan “ruangan bebas rokok”.
Selain itu aspek yang tidak kalah penting untuk memfungsikan rumah sebagai pusat ibadah dan tarbiyah adalah, bagaimana membuat agenda-agenda kegiatan keluarga di dalam rumah senantiasa berorientasi pada implementasi pengabdian kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Aplikasinya tidak sulit. Misalnya sepekan sekali sehabis Maghrib sampai ‘Isya wajib tilawah Qur’an bagi seluruh anggota keluarga. Subuh tepat waktu harus menjadi agenda rutin harian. Atau jika tidak bisa, minimal sepekan sekali seluruh anggota keluarga wajib bangun solat subuh tepat waktu. Sepekan atau sebulan, atau mungkin dua bukan sekali, kita mengadakan pengajian rutin keluarga. Akan lebih baik misalnya, seluruh anggota keluarga komitmen mengadakan lomba menghafal Al Qur’an, yang wajib setor hafalannya masing-masing per pekan. Dan banyak lagi model ibadah keluarga yang bisa kita kemas dalam bentuk-bentuk atraktif lainnya. Pendek kata hari-hari dalam keluarga kita seyogyanya berjalan dan berproses secara pasti menuju pada mutu penghambaan yang kian berkualitas.
Hal-hal di atas adalah upaya untuk memfungsikan rumah-rumah kita agar bernilai ibadah. Agar fungsinya sebagai madrasah robbbani dapat berjalan optimal. Sehingga orientasinya selalu menuju pada keta’atan bukan ma’siat kepada Allah swt. Atau setidaknya, rumah kita dapat mencegah timbulnya pikiran-pikiran negatif bagi setiap orang yang bertandang ke dalamnya.
Idealnya, setiap Muslim mestinya mampu memanfaatkan rumahnya untuk menempa seluruh anggota keluarga agar menjadi Muslim/Muslimah yang sadar Islam. Tempat lahirnya generasi-generasi sadar ibadah, yang sadar dakwah, dan sadar berharokah untuk mengantarkan kemenangan Islam dan kaum Muslimin di setiap tempat tinggalnya. Mudah-mudahan kita tidak termasuk keluarga yang dicemo’oh Al Qur’an sebagai keluarga yang lalai. Yang rumah-rumah kita tak memberi kemanfaatan ibadah. Karena rumah-rumah kita tak lebih sebagai onggokan batu bata yang “tidur” laksana kuburan. Yang dari dalamnya hanya lahir generasi lalai sholat dan pengikut hawa nafsu (Q.S 19:59). Ya Allah, jangan jadikan kami termasuk keluarga yang hanya menambah panjang daftar generasi-generasi imitasi Barat yang tidak berdaya menghadapi rekayasa jahat musuh-musuh Islam!. (eramuslim.com)
Posting Komentar