Ilustrasi: Kondisi Pasar yang kita inginkan |
Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang. Barang dan jasa yang dijual menggunakan alat pembayaran yang sah seperti uang fiat. Kegiatan ini merupakan bagian dari perekonomian. Ini adalah pengaturan yang memungkinkan pembeli dan penjual untuk item pertukaran. Persaingan sangat penting dalam pasar, dan memisahkan pasar dari perdagangan.
Dua orang mungkin melakukan perdagangan, tetapi dibutuhkan setidaknya tiga orang untuk memiliki pasar, sehingga ada persaingan pada setidaknya satu dari dua belah pihak. Pasar bervariasi dalam ukuran, jangkauan, skala geografis, lokasi jenis dan berbagai komunitas manusia, serta jenis barang dan jasa yang diperdagangkan.
Tapi kali ini kita tidak menggali tentang pasar dari segi ekonominya, tapi dari segi budaya dan lebih mengerucut lagi kebersihannya. Kita merasa (kelihatannya) senang menyaksikan kondisi pasar yang amburadul dengan kondisi infrastruktur yang sudah hancur-hancuran, padahal dari pasar itulah diharapkan salah satu perputaran ekonomi kota.
Kenapa kita begitu santai menghadapi ini, dan seolah tidak ada upaya yang kongkrit untuk memperbaikinya. Mulai dari tatanan kios yang amburadul, jalan yang sudah hancur, drainase yang sudah tersumbat, ketika hujan sudah seperti kubangan kerbau dan banyak lainnya. Karena kalau pasca hujan, maka pengunjung pasar akan berkurang, pedagang pun enggan untuk berdagang, dan kalau sudah begini, maka dapat diperkirakan bahwa harga sudah mulai tidak seimbang lagi, karena dikembalikan pada hukum ekonomi, padahal pasar yang dimaksud hanya “sagadang lapek”.
Apakah sedemikian rumitnya untuk menganggarkan perbaikan dan perawatan pasar tersebut? Apakah memang tidak ada anggaran untuk memperbaikinya? Tapi kenapa sekedar untuk pembanding membangun space iklan seharga ratusan juta ada? Lebih banyak mana sih keuntungan ekonomi antara pasar dan space iklan?
Disilah saya mengatakan bahwa kotor adalah budaya kita. karena pasar tersebut adalah pasar nagari, lalu biar nagari aja yang memperbaiki, tapi ketika ada iven yang memasukkan pasar sebagai indikator, kenapa kita bilang pasar kita? opportunis banget.
Posting Komentar