Setiap tanggal 10 November, kita selalu diingatkan bahwa kemerdekaan yang kita nikmati sekarang ini tidak diperoleh dengan mudah, yakni melalui pengorbanan yang penuh darah dan air mata. Setiap memperingati Hari Pahlawan itu pula, pemerintah memberikan gelar pahlawan kepada anak bangsa. Tahun ini predikat pahlawan disematkan kepada Sukarno dan Mohammad Hatta. Gelar yang sangat pantas diberikan kepada dua proklamator kemerdekaan RI atas perjuangan mereka yang tak kenal lelah.
Kita memang sudah selayaknya menghargai para pahlawan bangsa. Tanpa mereka, kita tidak tahu apakah negara Indonesia akan ada seperti sekarang. Pengorbanan yang mereka berikan tidak ternilai. Meskipun dalam perjalanan berikutnya ada dari mereka yang tidak sejalan dengan politik pemerintah, itu tidak menghapus jasa yang telah mereka torehkan.
Filosofi apa yang bisa kita ambil dari para pahlawan itu? Tidak lain ialah nilai perjuangan. Mereka berjuang tanpa pamrih untuk memerdekakan dan mempertahankan Indonesia dari penjajahan negara lain. Para pahlawan zaman sekarang tentu bukan lagi yang harus bertaruh nyawa, melainkan mereka yang berjuang dan berkorban untuk memberikan kesejahteraan kepada rakyat.
Sayangnya, nilai-nilai kepahlawanan itu kini kian memudar. Para pemimpin bangsa yang diberi amanah untuk mengelola negeri ini justru mengkhianati nilai kepahlawanan. Mereka menjadi pemimpin yang tidak menyejahterakan rakyat, tetapi justru menyejahterakan dirinya sendiri dan kelompoknya. Mereka tidak sedikit pun berkorban untuk rakyat. Sebaliknya, rakyat yang menjadi korban.
Para pemimpin kita tidak bisa memberi contoh yang baik kepada masyarakat. Jangan heran jika kemudian rakyat meniru kelakuan para pemimpinnya. Perilaku pemimpin yang tidak bisa menjadi teladan, secara perlahan melonggarkan ikatan sosial di masyarakat. Akibatnya, berbagai kekerasan dapat dengan mudah kita temui.
Nilai-nilai kepahlawanan sering kali justru kita temui di masyarakat awam. Lihat saja ketika terjadi bencana alam, dengan sigap para relawan membantu para korban. Simak juga masyarakat yang bergerak di bidang sosial, antara lain memberikan pendidikan gratis, membela TKI, dan membantu rakyat kecil yang teraniaya hukum. Merekalah pahlawan sebenarnya pada era kemerdekaan ini.
Kita seharusnya malu. Bangsa besar yang memiliki sumber daya alam yang berlimpah ternyata tidak mampu memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya. Hedonisme telah menjadi gaya hidup sehingga menjadikan masyarakat berlomba-lomba meraih kekayaan tanpa peduli bagaimana caranya. Semua itu terjadi karena nilai-nilai kepahlawanan para pejuang kemerdekaan tidak terwariskan dengan sempurna.
Pada Hari Pahlawan ke-67 ini, mari kita renungkan kembali apa yang telah dikorbankan oleh pahlawan demi memperoleh kemerdekaan negeri ini, sekaligus merenungkan apa yang telah kita berikan kepada negeri ini. Seperti kata John F Kennedy, "Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang kau berikan kepada negara." (ROL)
Posting Komentar