Tiku sering digelari orang pantai mutiara. Gelar yang sangat pantas tampaknya, karena nagari di pesisir Kabupaten Agam ini memang sangat indah bak untaian mutiara mutu manikam.
Deretan pohon kelapa yang meneduhi telaga bening di tepi pantai tersebut sungguh sangat menyejukkan jiwa yang memandanginya. Apalagi kalau pas sunset, tak terkatakan indahnya.
Seperti obyek-obyek wisata Sumbar yang belum tersentuh tangan lainnya, pantai Tiku menunggu sentuhan investor yang betul-betul mengerti pariwisata. Jangan sampai kawasan seindah ini jatuh ke tangan para petualang pariwisata yang bisanya hanya melihat keuntungan saja, tanpa memikirkan pentingnya pemeliharaan dan perawatan lingkungan. Sebab hasil akhirnya nanti bisa-bisa hanya akan mengundang wisatawan lokal kelas rendahan, yang suka makan nasi bungkus lalu membiarkan sampahnya berserakan di mana-mana.
Atau yang suka membangun panggung kayu lalu menggelar dangdutan di atasnya, yang bisa mengundang wisatawan tak berkelas ke kawasan itu, atau membangun gazebo-gazebo seadanya tempat duduk-duduk para kurawa atau pasangan-pasangan mesum yang suka pacaran di sembarang tempat.
Karena sesungguhnya laguna Tiku benar-benar tak pantas untuk itu. Dia harus disentuh investor berkelas, yang tahu selera bagus, karena pantai Tiku benar-benar kawasan pilihan yang tidak kalah dengan obyek-obyek wisata berkelas lainnya di Indonesia. Sentuhanlah yang akan membedakannya, yang akan membuatnya tetap asri dan terpelihara selamanya atau sebaliknya: membuatnya layu tak berseri. Cobalah ke Tiku dan nikmati pesonanya yang beda.(Imran Rusli)
Posting Komentar