Suatu pertanyaan yang
keluar dari benak saya karena, saya melihat begitu menyedihkannya musibah yang
menimpa saudara-sauadara kita di beberapa tempat, bahkan di Thailand musibah
banjir berlangsung sudah 5 bulan. Dan di daerah kita Kabupaten Pesisis Selatan,
Pasaman Barat dll juga mengalami hal yang sama.
Ada bebarapa komentar yang
keluar dari mulut kita seputar kejadian tersebut, mulai dari iklim yang
ekstrim, curah hujan yang memang tinggi, kerusakan lingkungan dan sampai pada
yang “mengambing hitamkan” tuhan. Apalagi kalau bukan ini cobaan dari tuhan,
sudah kuasa Allah.
Memang sebagai kita
orang beragama, segala sesuatu harus dikembalikan kepada yang maha kuasa, tapi
kita jangan sampai lupa ketika Allah mengatakan kerusakan dimuka bumi, adalah
ulah dari kita juga. kita boleh lihat, kebetulan atau tidak, kedua kabupaten
yang mengalami banjir, adalah kabupaten yang sangat doyan dalam meminta
konversi lahan, yang kemudian akan digunakan untuk perkebunan dengan asumsi
akan meningkatkan perekonomian masyarakat.
Kemudian dalam berita
kita ketahui bahwa sebagian besar perusahaan perkebunan tidak peduli akan
banjir. Secara tersirat kita sebenarnya tahu dan sadar bahwa musibah yang
terjadi adalah akibat perlakuan kita yang seenaknya mengubah bentang alam
dengan selera ekonomi, bukan kearifan lingkungan.
Apa kita tidak bisa
belajar pada yang sudah, coba lihat Thailand, ketika lingkungan telah rusak,
banjir menghadang, dengan gampang para investor mengatakan akan merelokasi
usaha mereka ke negara lain. Ini akibat dari sebagian
besar investor bukan orang setempat, adalah suatu yang pasti uang hasil usaha mereka
akan dibawa keluar daerah, yang dapat hanya pajak dan uang upah tenaga kerja,
lalu kalau sudah kena musibah uang siapa yang keluar?, Kerusakan sana sini. Apakah nilai ekonomi yang
didapat dapat menanggulangi kerusakan yang ditimbulkannya? yang akan terus berkepanjangan kalau tidak diberikan penangan yang membutuhkan nilai yang lebih besar lagi. Ada suatu yang tak
dapat tergantikan dengan uang, kenyamanan.
Maka adalah suatu yang
cerdas, apabila kita mulai mengembangkan perekonomian yang tidak mengandalkan
mengexploitasi alam lagi, tapi lebih menggali potensi yang berbasis manusia yang
dijamin tak akan pernah habis yang dalam bahasa ekonominya industri kreatif dan
parawisata (yang tidak mengubah bentang alam demi menciptakan yang lebih sesuai
selera).
Pertanian cukup
dikembangkan sekedar menopang hidup (penyedia pangan yang cukup untuk
masyarakat kita). Melihat kenyataan sekarang, semakin besar pertumbuhan
ekonomi, toh tidak dapat meningkatkan kesejahteraan (hasil IPM buktinya yang
semakin turun) lalu apa yang kita kejar lagi?. Lebih baik tidak mengejar
pertumbuhan, tapi pemerataan, karena uang bukan segalanya. Buatlah kegiatan yang
lebih memanusiakan manusia, agar daerah ini sejahtera (tidak ada kriminal,
bencana alam, sehat, dan pintar).
+ komentar + 1 komentar
Sangat sulit mengembangkan pembangunan tanpa harus merusak lingkungan, karena pada dasarnya setiap yg dibangun pasti asumsinya ada yg korban,yg korban pasti lingkungan yg efeknya adalah manusia yang tidak ada kepentingan dlm pembangunan tersebut.Bagaimana kita menyikapi ulah2 oknum ini ...?
Posting Komentar